Cerita Sebuah Tempered Glass

Awal Maret 2020 menjadi momen sejarah penting bagi rakyat Indonesia, begitu juga keluarga kecilku, akibat dari Pandemi Virus Covid-19 yang resmi masuk ke Indonesia membuat kami sekeluarga diharuskan untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, hingga bekerja dari rumah. Sebelum mulai bercerita, perkenalkan namaku Andrew, nama istriku Yohan. Aku memiliki dua anak bernama Brian dan Natasha. Tentunya ini bukan nama asli kami ini hanya nama samaran.

Aku berasal dari keluarga yang berkecukupan. Aku bekerja pada sebuah perusahaan multinational yang berkantor di Thamrin. Aku dan istri menamatkan Pendidikan sarjana di salah satu universitas swasta di daerah Jakarta Barat. Setelah menikah sekitar 10 tahun yang lalu dan memiliki anak, istriku bekerja sebagai Ibu rumah tangga, karena fokus mengurus anak kami yang kedua yang baru saja lahir Oktober 2019 lalu. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi cerita yang terjadi dikeluarga kecil kami. Kejadian ini terjadi sekitar pertengahan bulan Mei 2020, sudah hampir 3 bulan kami menjalani Work From Home dan mengikuti aturan dari Pemerintah terkait PSBB. Perusahaanku menerapkan bekerja dari rumah secara online.

Ada sebuah kejadian menarik yang terjadi karena kami terlalu sibuk bekerja dan belajar dari rumah hingga terkadang anak kami yang besar, yaitu Briand yang saat ini berumur 7 tahun dan pada 2020 ini ia sudah menginjak kelas 2 SD, Briand merasakan bosan akibat semua proses pembelajaran dilakukan secara online menggunakan komputer atau laptop, sehingga ia tidak bisa bermain Bersama teman-temannya. Ketika sedang istirahat sekolah onlinenya, anakku Briand ingin barmain video game yang ada di iPad Ibunya. Namun, karena masih diwaktu sekolah online istriku Yohana tidak memberikan izin dan melarang Briand bermain game di iPad. Karena merasa suntuk, Briand mencoba menjaili adiknya yang masih bayi hingga Natasha menangis.

Ketika sang Ibu mencoba menenangkan anak kami yang kedua. Disitulah peluang emas untuk Briand mendapatkan iPad Ibunya untuk bermain game. Briand mencoba berlari kegirangan karena berhasil mendapatkan iPad, namun sebuah kejadian yang membuat kami semua tersentak adalah ketika Briand berlari dan tanpa sengaja kakinya terkena meja lalu terjatuh, dan BRAAAKK… iPad yang  baru saja ia dapatkan juga ikut terjatuh di lantai kamar, iPad yang sudah dibuka penutup cover depannya terjatuh dengan sempurna menghadap lantai akibat keteledorannya.

Dengan Sigap Istri saya menaruh Natasha di kasur bayinya, lalu mengambil iPad yang terjatuh. Namun sayang, retakkan demi retakkan terpampang jelas di layar iPad tersebut, bahkan semakin lebar dan menjadi tidak beraturan. Seketika kami terdiam dan saling bertatapan. Jika Anda berada diposisi kami, apa yang Anda lakukan ? Ya, sama, kami hanyalah manusia normal yang juga punya emosi. Kami berdua marah besar pada anak pertama kami Briand. Ia hanya bisa terdiam dan menutup mukanya lalu berlari masuk ke kamarnya dan menangis. Lalu bagaimana kira-kira nasib iPad kami tersebut ? Apakah kami harus menjualnya ? atau bisa diperbaiki ?

Kami mulai memeriksa dengan perlahan dan seksama, kami mencoba menghidupkan dan mencoba apakah iPad kami dapat berfungsi dengan normal. Kami ingat, dikala pertama kali kami membeli iPad tersebut, kami membeli bukan hanya hard cover berwarna, tetapi kami juga langsung membeli dan memasang tempered glass. Kami mulai bertanya-tanya dan memeriksa apakah hanya tempered glass yang rusak, atau hingga kedalam layar dari iPad tersebut. Lalu untuk menjawab rasa penarasan kami, kami berdua mencoba membuka tempered glass tersebut. Perlahan tapi pasti, misteri kami mulai terungkap, kami sangat bersyukur karena ternyata yang rusak hanyalah bagian depan pelindung layar yaitu tempered glass. Kami berdua sangat bersyukur karena dulu saat awal membeli iPad langsung memasang tempered glass. Sebuah pelindung layar yang tidak terpikir bahwa suatu saat dapat berguna dapat menyelamatkan iPad dari kehancuran. Saya mulai berpikir, jika tanpa pelindung layar tersebut betapa mahalnya komponen Layar iPad yang harus diperbaiki dan diganti. Kami beruntung pernah memasang pelindung layar tersebut.

Lalu bagaimana dengan hidup kita sebagai manusia ? Kita tidak pernah menginginkan terkena musibah kan ? Jika pada iPad tempered glass berfungsi sebagai pelindung layar, maka pada manusai ada yang Namanya Asuransi yang berguna untuk melindungi kita berkurangnya tabungan kita atau bahkan yang terburuk bisa menyebabkan kebangkrutan. Siapa sih yang mau berasuransi ? Saya rasa masih banyak orang diluaran sana yang berfikir buat apa membeli asuransi?

Namun, jika orang mengetahui betapa berguna dan bermanfaatnya asuransi untuk melindungi kita dari kerugian financial, hingga kebangkrutan. Asuransi dapat melindungi tabungan kita dan keluarga dari kerugian financial yang diderita jika suwaktu-waktu kita atau ada anggota keluarga tercinta yang terkena musibah seperti sakit, kecelakaan, terkena penyakit kritis, bencana alam, pandemic, hingga mohon maaf kematian. Sehingga Ketika kita terjatuh atau terkena musibah, rasa khawatir yang muncul akan digantingkan dengan rasa tenang dan aman.

Siapa sih yang mau jatuh ? siapa sih yang mau terkena musibah ? siapa sih yang mau terkena penyakit ? Semua pasti jawabannya “Tidak Ada !”.

Begitu juga dengan iPad kami tersebut, anak saya Briand tidak ada maksud sama sekali menjatuhkan iPad tersebut dengan sengaja. Tapi itu terjadi begitu saja.

Lalu bagaimana dengan diri kita ? Bagaimana kalau kita terjatuh sakit ? Apakah kita siap merogoh kocek untuk membayar pengobatan di rumah sakit ? Apakah kita siap merasakan keretakan pada rekening tabungan kita ?

Belajar dari pengalaman yang terjadi dikeluarga kecil kami, bahwa yang kita tidak bisa menghindari musibah, sekecil apapun itu. Namun yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan jika suatu saat musibah itu muncul dengan memiliki pelindung diri. Jika iPad dapat dipasangkan cover dan tempered glass sebagai pelindung layar. Maka untuk kita manusia, kita dapat memiliki asuransi sebagai pelindung tabungan kita dikala musibah itu datang.

Bagaimana ?

Apakah kita dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang terjadi di sekitar kita ? Coba sekarang tanyakan kediri Anda masing-masing, Seberapa peduli diri kita dengan keluarga ?

Karena dengan kita memiliki asuransi, itu merupakan sebuah tanda bahwa kita peduli dengan diri kita pribadi dan keluarga tercinta. Kita sebagai manusia dimuka bumi hanya dapat berencana dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan segala cita-cita kita. Namun, kita tidak pernah tahu rintangan apa yang akan kita hadapi dikemudian hari. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan kira-kira potensi terburuk apa yang dapat terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari seperti terserang penyakit, kecelakaan, bencana alam, hingga kematian. Lalu strategi dan solusi apa yang dapat kita lakukan.  Asuransi merupakan sebuah alat atau cara untuk mengalihkan resiko, jika suatu saat kita mendapatkan musibah.

Jika teman-teman yang membaca artikel saya ini merasakan ada manfaatnya silahkan tuliskan dikolom komentar. Jika teman-teman ada yang ingin berkonsultasi kira-kira bentuk produk asuransi apa yang diperlukan, silahkan hubungi konsultan kami di nomor +62 85718252501. Semoga artikel saya diatas dapat bermanfaat dan dapat memberikan sudut pandang lain dalam melihat sebuah masalah yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.  Terima kasih.

 

Referensi :

  • Satuyangterpenting.wordpress.com
https://satuyangterpenting.wordpress.com/tag/cerita-asuransi/